ETIKA
LINGKUNGAN HIDUP
1. Pengertian
dan Definisi Etika Lingkungan Hidup
a. Pengertian Etika
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata
ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi
tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal
dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut
pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan
masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah
suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya
berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping pengertian tersebut, etika dapat diartikan
sebagai nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, kumpulan asas atau nilai moral,
atau semacam kode etik, ilmu tentang yang baik atau buruk, atau pengkajian
secara sistematis dan metodis semua nilai yang dianggap baik dan buruk yang
diterima begitu saja dalam suatu masyarakat (K. Bertens, 2000:6-7).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu;
1)
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
2)
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak
3)
Nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.
b. Lingkungan Hidup
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengertian lingkungan hidup adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan
manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi
lingkungan biotik dan abiotik.
c. Etika Lingkungan Hidup
Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah
perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan.
Dengan etika lingkungan, kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban
terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan hidup juga membatasi perilaku,
tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada
dalam batas kewajaran lingkungan hidup. Jadi etika lingkungan hidup juga
berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara
manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia
dengan makhluk lain atau dengan alam secara keseluruhan termasuk di dalamnya
berbagai kebijakan yang mempunyai dampak langsung atau tidak langsung terhadap
alam. Untuk menuju kepada etika lingkungan hidup tersebut, diperlukan pemahaman
tentang perubahan pandangan terhadap lingkungan hidup itu sendiri.
Etika dalam konsep lingkungan hidup sangat penting karena
berkaitan dengan perilaku manusia agar dengan etika orang dapat mengenal dan
memahami nilai dan norma-norma yang membimbing perilaku proses individual dan
sosial terhadap alam dan lingkungan hidupnya. Artinya dasar etika ini adalah
tindakan yang ditujukan kepada alam atau lingkungan hidup (E. Dussel,
1980:101).
Etika sering dikatakan sebagai filsafat tentang ajaran
moral. Dengan demikian, etika berbeda dengan ajaran moral atau kesusilaan.
Etika di sini tidak mengajarkan apa yang wajib dilakukan orang, melainkan
bagaimana pertanyaan itu dijawab secara rasional dan bertanggung jawab (Franz
Magnis-Suseno, 1991:10).
Manfaat etika secara “filosofis” adalah untuk
mempertahankan “ketahanan ekologi” dengan cara orang diajak untuk
mereflesikan kembali:
1) Kesadaran
diri sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungan hidup: apakah sungguh
disadari bahwa bukan hanya kita yang membutuhkan lingkungan hidup dalam artian
fisik, melainkan lingkungan hidup juga membutuhkan moralitas kita terhadapnya;
2) Pengertian
dan tindakannya yang baik terhadap lingkungan hidup: apakah ada pemahaman (yang
benar) dan tindakan yang baik terhadap lingkungan hidup karena didorong oleh
hati nurani yang bersih, dan tanggung jawab dari manusia yang mempunyai
keunggulan mutu pribadi, yang perbuatan baik dilakukannya tidak tergantung pada
masyarakat dari luar atau ketakutan misalnya pada sanksi hukum.
Etika Lingkungan
disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan menjadi
dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika
lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan.
Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian
alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk
mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk.
Yang dimaksud Etika ekologi dalam adalah
pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan
sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur
mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu
bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak
untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk
berkembang.
Bagi
etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan. Untuk itu
lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika
ini juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan
preservasi. Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia
tetapi juga demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang
kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk
memelihara alam demi kepentingan bersama.
Sedangkan
Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan
bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia. Etika ekologi
dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta
ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli
lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Etika
ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan
segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan
generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan
estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.
Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia,
secara khusus kepentingan estetika.
v Ciri-ciri etika lingkungan hidup:
1)
Sikap dasar menguasai secara
berpartisipasi.
2)
Menggunakan sambil memlihara.
3)
Belajar menghormati lingkungan
hidup dan kehidupan.
4)
Kebebasan dan tanggung jawab
berdasarkan hati nurani yang bersih,
5)
Tidak hanya bersifat homosentri,
yang sering tidak memperhitungkan ecological externalities, melainkan juga
ekosentris.
6)
Pembangunan tidak hanya mementingkan
manusia, melainkan kesatuan antara manusia dengan keseluruhan ekosistem atau
kosmos.
v Prinsip etika lingkungan hidup
1)
Sikap hormat terhadap alam
2)
Prinsip tanggung jawab
3)
Prinsip solidaritas
4)
Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap
alam
5)
Prinsip tidak merugikan
6)
Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan
alam
7)
Prinsip keadilan
8)
Prinsip demokrasi
9)
Prinsip integritas moral
v Ruang Lingkup Etika
1)
Menyelidiki sejarah etika dan pelbagai teori
(aliran) tentang tingkah laku manusia.
2)
Membahas cara-cara menilai baik dan buruknya
sesuatu pekerjaan / tingkah laku.
3)
Menyelidiki faktor-faktor penting yang
mempengaruhi lahirnya tingkah laku manusia (naluri,adat,tingkah laku,lingkungan
).
4)
Menerangkan mana akhlak yang baik dan mana
akhlak yang menuju kemuliaan.
2. Kondisi
Real Lingkungan Hidup
Krisis lingkungan global yang terjadi pada saat sekarang
ini antara lain terjadinya kerusakan (hutan, tanah, lapisan ozon), pencemaran
(air, tanah, udara, laut), kepunahan sumber daya energi dan mineral, kepunahan
keanekaragaman hayati, dan lain-lain. Dimana Krisis lingkungan global
sudah merupakan ancaman yang sangat serius dan nyata terhadap kehidupan
manusia. Apa yang menjadi akar permasalahan dalam krisis lingkungan global
adalah: pertama, kesalahan cara pandang (paradigma) manusia terhadap dirinya,
alam dan hubungan manusia dengan alam. Sifat manusia yang tamak, rakus, pola
konsumsi, eksploitatif dan tidak bertanggung jawab merupakan salah satu
permasalahan yang ada. Kedua, kesalahan paradigma pembangunan, dimana
pembangunan berkelanjutan hanya sebagai jargon, yang pada kenyataannya
pembangunan yang terjadi mengorbankan lingkungan. Ketiga, adanya bad
government, bad ethics seperti KKN yang menyebabkan ijin eksploitasi tanpa
peduli lingkungan hidup.
Untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan
tindakan agar krisis lingkungan dapat teratasi yaitu: pertama, perubahan
perilaku. Kedua, perubahan paradigma pembangunan dari pembangunan berkelanjutan
ke pembangunan keberlanjutan ekologi. Ketiga, perlunya Good Environmental
Government, yang memiliki komitmen moral yang konsisten (individu, masyarakat,
dunia usaha dan pemerintah).
Proses perusakan lingkungan sudah berjalan lama,
yaitu sejak dimulainya proses industrialisasi. Industrialisasi menyadarkan
manusia bahwa alam merupakan deposit kekayaan yang dapat memakmurkan. Maka
mulai saat itu sumber-sumber alam dieksploitasi untuk diolah menjadi barang
guna memenuhi kabutuhan demi kemakmuran hidup manusia. Dengan adanya alat
bantu, yaitu mesin, maka alam pun dipandang dan dikelola secara mekanis.
Terjadilah intensitas pengeksploitasian lingkungan menjadi semakin gencar tak
terkendali. Alam tidak lebih dari benda mekanis yang hanya bernilai sebagai
instrumen untuk kepentingan manusia. Alam tidak lagi dihargai sebagai
organisme. Sayangnya, kesadaran akan semakin rusaknya lingkungan hidup mulai
muncul sejak sesudah Perang Dunia II dan mulai mengglobal tiga dekade yang lalu
ketika alam terlanjur rusak berat. Ketika itu manusia makin menyadari bahwa
sumber-sumber alam semakin menipis.
Untuk itu etika lingkungan hidup kini hendaknya mempunyai
fungsi yang sangat diperlukan untuk kesadaran moral dan tanggung jawab penuh
terhadapt alam, karena alam hanya dititipkan Tuhan kepada manusia untuk dijaga,
dirawat, dan dilestarikan.
Menjadi nyata
bahwa benturan yang menyebabkan lingkungan hidup menjadi rusak datang dari
manusia dalam proses mengambil, mengolah, dan mengonsumsi sumber- sumber alam.
Benturan terjadi ketika proses-proses itu melampui batas-batas kewajaran atau
proposionalitas. Batas-batas kewajaran atau proposionalitas itu terlampaui
ketika manusia semakin mampu dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi
memanfaatkan sumber- sumber secara masal, intensif, dan cepat dan sekaligus
mengotori atau mencemarinya. Tetapi yang lebih parah lagi, yaitu bahwa manusia
yang merasa semakin enak semakin tidak tahu diri, sehingga ia seolah-olah
menjelma menjadi tuan dan pemilik alam. Maka kesadaran untuk menjaga dan
memelihara lingkungan hidup harus dikembalikan pada manusia, dengan
mempertanyakan tentang dirinya dan kelakuannya terhadap alam. Agar kerusakan
yang terjadi di tidak semakin menjadi-jadi dan juga agar anak cucu kita
juga dapat merasakan betapa indahnya alam.
3. Teori-teori Etika lingkungan hidup
1. Teori Antroposentrisme
Antroposentrisme
adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem
alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam
tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam,
baik secara langsung atau tidak langung.
Nilai
tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai
dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan
mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia.
Oleh
karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan
manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
2. Teori Ekosentrisme
Ekosentrisme
Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan biosentrisme
yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya,
ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang
hidup maupun tidak. Karena secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda
abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya, kewajiban dan
tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup. Kewajiban dan
tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas
ekologis.
3. Teori Egosentris
Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self).Egosentris didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri
dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk dirinya. Egosentris mengklaim
bahwa yang baik bagi individu adalah baik untuk masyarakat. Orientasi etika
egosentris bukannya mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan
pada filsafat yang menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri
sendiri secara terpisah seperti “atom sosial” (J. Sudriyanto, 1992:4). Inti
dari pandangan egosentris ini, Sonny Keraf (1990:31) menjelaskan:
Bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri
Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan diri pada tindakan manusia
sebagai pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting “netral”. Hal
ini didasarkan pada berbagai pandangan “mekanisme” terhadap asumsi yang
berkaitan dengan teori sosial
liberal.
4. Teori Biosentrisme
Teori Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan,
sehingga komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia.
Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai satu kesatuan komunitas hidup
(biotic community).
Inti
pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai
intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap ciptaan (makhluk
hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggung jawab moral karena
kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral yang berlaku
adalah “mempertahankan serta memlihara kehidupan adalah baik secara moral,
sedangkan merusak dan menghancurkan kehidupan adalah jahat secara moral”
(Light, 2003: 109).
Biosentrisme
memiliki tiga varian, yakni, the life centered theory (hidup sebagai
pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul Taylor, land
ethic(etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan equal
treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James
Rachel.
5. Etika Homosentris
Etika homosentris mendasarkan
diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini mendasarkan diri pada
berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara pelaku lingkungan yang
melindungi sebagian besar masyarakat manusia.
Etika homosentris sama dengan etika utilitarianisme, jadi,
jika etika egosentris mendasarkan penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu
pada tujuan dan akibat tindakan itu bagi individu, maka etika utilitarianisme
ini menilai baik buruknya suatu tindakan itu berdasarkan pada tujuan dan akibat
dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang. Etika homosentris atau
utilitarianisme ini sama dengan universalisme etis. Disebut universalisme
karena menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak mungkin orang dan etis
karena ia menekankan akibat yang baik. Disebut utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu
tindakan berdasarkan kegunaan atau manfaat dari tindakan tersebut (Sonny
Keraf, 1990:34).
Seperti halnya etika egosentris, etika homosentris konsisten dengan
asumsi pengetahuan mekanik. Baik alam mau pun masyarakat digambarkan dalam
pengertian organis mekanis. Dalam masyarakat modern, setiap bagian yang
dihubungkan secara organis dengan bagian lain. Yang berpengaruh pada bagian ini
akan berpengaruh pada bagian lainnya. Begitu pula sebaliknya, namun karena
sifat uji yang utilitaris, etika utilitarianisme ini mengarah pada pengurasan
berbagai sumber alam dengan dalih demi kepentingan dan kebaikan masyarakat (J.
Sudriyanto, 1990:16).
6. Etika Ekosentris
Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentrisini, lingkungan secara keseluruhan dinilai pada dirinya
sendiri. Etika ini menurut aliran etis ekologi tingkat tinggi
yakni deep ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk
memecahkan dilema etis ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah
tetap bertahannya semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem
yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab
moralnya sendiri (J. Sudriyanto, 1992:243)
Menurut
etika ini, bumi memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup “tanah, air,
tumbuhan dan binatang atau secara kolektif, bumi”. Bumi mengubah perah
“homo sapiens” dari makhluk komunitas bumi, menjadi bagian susunan warga
dirinya. terdapat rasa hormat terhadap anggota yang lain dan juga terhadap
komunitas alam itu sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika ekosentris bersifat
holistik, lebih bersifat mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar
yang secara implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto (1992:20)
menjelaskan:
a)
Segala sesuati itu saling berhubungan. Keseluruhan
merupakan bagian, sebaliknya perubahan yang terjadi adalah pada bagian yang
akan mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. Tidak ada bagian dalam
ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah dinamika perputarannya. Jika
terdapat banyak perubahan yang terjadi maka akan terjadi kehancuran ekosistem.
b)
Keseluruhan lebih daripada penjumlahan banyak
bagian. Hal ini tidak dapat disamakan dengan konsep individu yang mempunyai
emosi bahwa keseluruhan sama dengan penjumlahan dari banyak bagian. Sistem
ekologi mengalami proses sinergis, merupakan kombinasi bagian yang terpisah dan
akan menghasilkan akibat yang lebih besar daripada penjumlahan efek-efek
individual.
c)
Makna tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari
“independensi konteks” dari “mekanisme”. Setiap bagian mendapatkan artinya
dalam konteks keseluruhan.
d)
Merupakan proses untuk mengetahui berbagai bagian.
e)
Alam manusia dan alam non manusia adalah
satu. Dalam holistik tidak terdapat dualisme. Manusia dan alam merupakan
bagian dari sistem kosmologi organik yang sama.
Uraian di atas akan mengantarkan pada sebuah pendapat Arne
Naess,
seorang filsuf Norwegia bahwa kepedulian terhadap alam lingkungan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Kepedulian lingkungan yang “dangkal” (shallow ecology)
Kepedulian ekologis ini sering disebut
altruisme platener holistik, yang beranggapan bahwa hal ini memiliki relevansi
moral hakiki, bukan tipe-tipe pengadu (termasuk individu atau masyarakat),
melainkan alam secara keseluruhan (J. Sudriyanto, 1992:22).
7. TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan
lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur
hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini
sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana
(THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan
manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan
(Palemahan).
8. Teori Nikomakea
Teori Nikomakea (bahasa Inggris: 'Nicomachean Ethics'), atau Ta Ethika, adalah karya Aristoteles tentang kebajikan dan karakter moral yang
memainkan peranan penting dalam mendefinisikan etika Aristoteles.
Kesepuluh buku yang menjadi etika ini didasarkan pada catatan-catatan dari
kuliah-kuliahnya di Lyceum dan
disunting atau dipersembahkan kepada anak lelaki Aristoteles, Nikomakus.
Teori Nikomakea memusatkan
perhatian pada pentingnya membiasakan berperilaku bajik dan mengembangkan watak
yang bajik pula. Aristoteles menekankan pentingnya konteks dalam perilaku etis,
dan kemampuan dari orang yang bajik untuk mengenali langkah terbaik yang perlu
diambil. Aristoteles berpendapat bahwaeudaimonia adalah
tujuan hidup, dan bahwa ucaha mencapai eudaimonia, bila dipahami dengan tepat,
akan menghasilkan perilaku yang bajik.
9. Zoosentrisme
Zoosentrisme adalah etika yang menekankan
perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan
binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini,
binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa
senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika
ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral.
Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan
senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang
dengan penuh belas kasih.
10. Antroposentris
antroposentris
yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang
mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan
dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove
dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka
kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika
antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan
pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus
manusia.
Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup
manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :
a)
Manusia terpisah dari alam,
b)
Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak
menekankan tanggung jawab manusia.
c)
Mengutamakan
perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya
d)
Kebijakan dan
manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia
e)
Norma utama
adalah untung rugi.
f)
Mengutamakan rencana jangka pendek.
g)
Pemecahan
krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin
h)
Menerima
secara positif pertumbuhan ekonomi
bismillah izin copy
BalasHapusFree Slots No Deposit Casinos 2021
BalasHapusClaim free slot bonuses 벤 델핀 with 검증 사이트 no deposit needed. Top 스트라이크존 No Deposit w88 dashboard Casinos that have tested and reviewed for 벳365 success. Play free slots and games with no deposit required!
JT Casino Resort - Mandir, Ethiopia - JTG Hub
BalasHapusJT Casino 청주 출장샵 Resort - Mandir, Ethiopia. Mandir, 강릉 출장샵 Ethiopia. 동두천 출장샵 JTG 전주 출장샵 Hub. JT 대전광역 출장샵 Casino Resort - Mandir, Ethiopia. Mandir, Ethiopia. Mandir, Ethiopia. JTG